Sabtu, 21 Juni 2014

ESAI : PENUTUPAN DOLLY MENGANCAM PEREKONOMIAN BERBAGAI PROFESI DI DALAMNYA



Kerangka Esai

Judul                          :           Penutupan Dolly mengancam perekonomian berbagai profesi yang ada di dalamnya.
Pembukaan                :           Warga sekitar dan segala macam profesi yang ada di dalam Gang Dolly terancam kesejahteraan perekonomian dan sosial setelah Walikota Surabaya dan Pemkot Surabaya menutup lokalisasi tersebut karena ingin memperbaiki wajah kota Surabaya dan melindungi psikologis anak Surabaya.           
Isi paragraf 1             :           Sejarah berdirinya lokalisasi Gang Dolly.
Isi paragraf 2             :           Walikota dan Pemkot Surabaya bersih keras untuk menutup lokalosasi Gang Dolly meskipun banyak dampak yang di timbulkan.
Isi paragraf 3             :           Pro dan kontra penutupan lokalisasi dan ancaman pengangguran bagi yang menggantungkan hidupnya di Gang Dolly.
Isi paragraf 4             :           Dampak positif dan negatif penutupan Gang Dolly serta program-program yang di berikan Pemkot Surabaya kepada warga sekitar dan berbagai profesi yang terdampak penutupan.
Isi paragraf 5             :           Janji Walikota dan Pemkot Surabaya pasca penutupan untuk mengalih fungsikan Gang Dolly sebagai kawasan perekonomian  baru untuk warga sekitar dan berbagai profesi yang terdampak agar lebih bermanfaat.
Penutupan                 :           Gang Dolly memang merupakan bisul Kota Surabaya tetapi menutup lokalisasi tersebut juga harus memikirkan efek sampingnya karena dampaknya akan dirasakan oleh berbagai profesi yang ada di dalamnya.  Pemkot Surabaya harus bisa menjamin kesejahteraan perekonomian mereka secara utuh dan segera melaksanakan program-program yang sudah direncanakan untuk merubah kawasan Dolly menjadi lebih baik.

PENUTUPAN DOLLY MENGANCAM PEREKONOMIAN BERBAGAI PROFESI DI DALAMNYA

Kita tahu bahwa Gang Dolly merupakan lokalisasi tertua dan terbesar di Asia Tenggara bahkan melibihi dari lokalisasi yang berada di Thailand dan Singapura. Banyak sekali yang menggantungkan hidupnya  di Gang Dolly tersebut. Gang Dolly ini sudah ada sejak zaman belanda dan dikelola oleh keturuna Belanda yang dikenal dengan nama Tante Dolly Van Der Mart. Keturunan dari Tante Dolly tersebut masih ada di Surabaya meskipun tidak mengelola bisnis prostituĂ­s tersebut. Kita tidak  sadar Kalau Belanda pernah menguasai Surabaya 350 tahun, banyak gedung-gedung dan bangunan kuno hasil peninggalan mereka, dan salah satunya adalah (Dolly Surabaya) ini. 350 tahun adalah waktu yang tidak pendek, jika orang kawin pada umur 25 thn dan punya anak, maka 350/25 = 14 generasi. Jadi selama Belanda tinggal di Indonesia, ini waktu yang cukup untuk melahirkan 14 generasi. Kita hidup paling tidak mengenal 4 generasi, bapak,  kakek dan buyut. Sampai sekarang pun lokalisasi Dolly masih tetap produktif. Lokasi tersebut terletak di tengah-tengah padat pemikiman penduduk, kawasan Putat, Surabaya. Setiap harinya para PSK tersebut melayani para tamu-tamunya (lelaki hidung belang). Tidak hanya itu saja karena adanya Dolly para penduduk disana dapat mencari rezeki.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini bersih keras menutup Gang Dolly  untuk menyelamatkan wajah kota Surabaya dari tempat lokalisasi yang semakin besar, Pemkot Surabaya mengakuh sudah menyusun skema untuk seluruh lokalisasi di Kota Pahlawan ini. Risma menegaskan yang lebih penting adalah mengatasi akar permasalahannya yaitu kemiskinan. Menurut Risma menutup Dolly tidak akan mengatasi masalah prostitusi saja, Sebab praktik haram tersebut dapat dilakukan dimana saja maupun di media. Misalnya, sex by phone, facebook, twitter, internet, bahkan lewat iklan. Walaupun Tri Rismaharini dan Pemkot Surabaya ngotot untuk menutup lokalisasi masyarakat sekitar sama sekali tidak rela dan menolak mentah-mentah akan penutupan tersebut. Ada catatan dampak positif dan negatifnya  yang harus di perhatikan pihak Pemerintahan Kota Surabaya sebelum menutup lokalisasi tersebut di karenakan banyak aspek yang mencakup masalah ini. Terutama pada sisi dampak sosial kepada masyarakat sekitar yang sudah berpuluhan tahun tinggal dan mencari nafkah di lokalisasi tersebut. Persoalan nya pemutaran uang di Surabaya sebesar 5% berada di Gang Dolly. Ini adalah tugas Pemkot Surabaya yang sangat sulit untuk menjamin kesejahteraan ribuan orang   yang berkecimpung di Gang Dolly.
Jelas ada pro dan kontra dengan penutupan Gang Dolly, Misalnya saja dengan para pencari rezeki di Gang Dolly yang sangat menolak keputusan Walikota Surabaya untuk menutup lokalisasi tersebut. Bukan hanya PSK saja yang memperoleh hasil dari Gang Dolly tetapi ada berbagai macam profesi, Contohnya pencuci baju, PKL, penjahit dll. Menurut lembaga survei yang dilakukan oleh KOPI (Komunitas Pemuda Independen) lebih dari 14.000 orang ‘menggantungkan hidup’ pada lokalisasi di Gang Dolly dan Jarak dan Anissa salah satu warga yang tergabung dalam KOPI mengatakan penutupan lokalisasi akan mematikan roda ekonomi di kawasan tersebut. Dan tidak hanya itu mereka yang menggantungkan hidupnya di Gang dolly juga bertanggung jawab menafkahi  keluarganya masing - masing. Akan ada ribuan pengangguran baru yang muncul setelah terjadi penutupan dan itu akan menimbulkan masalah baru di kota Surabaya. Dalam aspek keagamaan sudah pasti akan ada dukungan yang sangat kuat di karenakan  adanya lokalisasi pelacuran haram hukumnya. Para ulama-ulama besar dan kyai-kyai sangat sepakat agar penutupan kawasan Gang Dolly segera di lakukan oleh Walikota Surabaya. Dukungan juga datang dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Organisasi Muhammadiyah, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU). Tetapi ironis sekali apabila penutupan tersebut tanpa adanya pemberdayaan masyarakat yamg terkena dampak langsung dari penutupan Gang Dolly. Pemerintah daerah sudah berancang-ancang akan hal ini dengan melakukan pembinaan terhadap yang terdampak. Konflik dan pertentangan didalam dan diantara masyarakat melahirkan kekuatan-kekuatan yang mengerakan perubahan social. konflik dan pertentangan merupakan ciri dasar kehidupan social maka perubahan social merupakan hal yang umum dan sering terjadi.
Berbagai macam dampak penutupan lokalisasi Gang Dolly yang positif ataupun yang negatif dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam aspek kesehatan mungkin sangat positif dapat menurunkan tingkat penyebaran virus HIV/AIDS di kota surabaya. Virus tersebut memang sangat mematikan bahkan pembunuh yang menyiksa penderitanya. Kota Surabaya pada tahun 2013 menjadi kota terbesar ke-lima yang paling banyak penduduknya terjangkit virus HIV/AIDS. Sangat riskan memang karena virus ini sangat mematikan tanpa ada obat penyembuhnya. Dan mungkin dampak penutupan akan terasa baik karena penyebaran penyakit HIV/AIDS akan menurut. Dari aspek lingkungan juga positif dikarenakan di sekitar area Gang Dolly akan terisolir dengan lalu lalang PSK keluar masuk. Ini akan menyebabkan remaja dan anak-anak di daerah tersebut terhindar dari pemikiran yang tidak baik di karenakan mereka tidak akan lagi di jejali tontonan para PSK keluar masuk daerah sekitar Gang Dolly. Terutama bagi anak-anak yang memasuki umur 7-12 tahun. Karena pada umur tersebut tingkat kemampuan anak dalam meniru sangatlah tinggi. Begitu juga dengan tingkat keterpengaruhan terhadap lingkungan di sekitarnya. Mereka akan terpengaruh dengan apa yang mereka lihat. Tidak jarang banyak kejadian yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak-anak pada umur sekolah dasar (SD). Mereka telah banyak terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya. Seperti  percakapan, tindakan, berkata kotor dan berbau seks. Psikologis anak ini sangat penting karena mereka anak-anak muda penerus bangsa dapat hidup nyama dengan lingkungan yang selayaknya harus di miliki anak-anak muda lainnya. Yang sangat mengesankan anak-anak muda ini yang bertahun tahun terganggung dengan adanya Gang Dolly ini mengirimkan sebuah surat kepada Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang berisikan keluh kesah adanya lokalisasi tersebut dan jumlah suratnya bukan hanya satu melainkan ratusan surat dari para remaja, Faktor ini salah satu pemicu Tri Rismaharni dan Pemkot Surabaya sangat ngotot untuk melakukan penutupan Gang Dolly. Dari aspek perekonomian mungkin ini akan menjadi hal berat yang akan di hadapi Pemerintahan Kota Surabaya dan masyarakat sekitar Gang Dolly dikarenakan mereka sudah bertahun tahun hidup di daerah tersebut dan mencari rezeki untuk keluarga dari Gang Dolly. Jelas hal ini masalah yang paling berat, Masyarakat yg mencari nafkah di Dolly pun ragu akan janji-janji kesejahterahannya bisa di jamin Pemkot Surabaya saat Gang Dolly di tutup. Meskipun Pemerintahan Kota Surabaya sudah memberikan program-program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat, Hal itu masih meragukan bisa dilaksanakan dilapangan. Bukan hanya pelatihan saja Bantuan senilai Rp 7,3 miliar tersebut bakal dibagikan kepada 1.449 mantan PSK Gang Dolly. Direktur Rehabilitasi Sosial dan Tuna Sosial Kemensos, Sonny W Manalu “ mengatakan penutupan tersebut menjadi komitmen bersama dan tanggung jawab Kemensos, Gubernur Surabaya dan Wali Kota Surabaya ”. Setiap mantan PSK bakal menerima bantuan senilai Rp 5.050.000. Secara rinci bantuan itu terdiri atas bantuan usaha ekonomi produktif (UEP) senilai Rp 3 juta, bantuan jaminan hidup Rp 20 ribu per hari selama tiga bulan serta bantuan transportasi pulang ke kampung halaman senilai Rp 250 ribu. Selain bantuan, Kemensos juga memberi motivasi kepada mantan PSK agar bisa kembali ke masyarakat. Hal itu didukung Pemkot Surabaya yang telah memberikan pelatihan keterampilan kepada para mantan PSK. Meski demikian, pihaknya tidak memungkiri adanya kekhawatiran sebagian mantan PSK bakal kembali menjadi PSK. Namun, pihaknya tidak begitu saja lepas tangan setelah penutupan resmi Gang Dolly. Kemensos tetap melakukan pemantauan dan monitoring perkembangan mantan PSK di daerah masing-masing. Dan Pemerintahan Kota Surabaya akan memberikan lapangan pekerjaan kepada warga sekitar dan masyarakat yang terdampak penutupan lokalisasi Gang Dolly. Tetapi semua itu tantangan yang harus di hadapi, Di lapangan beberapa program-program Pemkot Surabaya tidak berjalan seperti yang diinginkan. Semisal banyak sekali PSK masih menjajakan diri di jalan-jalan Surabaya. Mereka tetap menginginkan profesi sebagai PSK karena sebagian mereka sudah sangat nyaman dengan pekerjaan tersebut. Ini menyebabkan akan adanya lokalisasi yang lebih kecil tetapi menyebar di seluruh kawasan Surabaya yang di huni para PSK penghuni Gang Dolly sebelumnya. Dengan adanya lokalisasi yang menyebar ini makin sulit mengontrol keberadaan PSK di kawasan Surabaya. Dan mungkin para PSK tersebut aku berpindah alih ke tempat pijat plus-plus dan karaoke esek-esek. Bukan hanya itu dampak sistematiknya juga sangat besar, mungkin Kota Surabaya akan mengalami jumlah tindakan kriminalitas yang meningkat pesat sekali karena tidak ada lokalisasi pelacuran di daerah tersebut yang menjadikan kriminalitas pemerkosaan, pencabulan anak di bawah umur semakin marak di kota Surabaya. Ini semakin membuat delima penutupan Gang Dolly di lain sisi ada dampak positif yang sangat dibutuhkan anak muda generasi penerus dan di sis lain ada dampak negatif dari ancaman perekonomian masyarakat yang menurun dan tindakan kriminalitas yang semakin marak. Ini adalah beberapa efek samping terjadinya penutupan Gang Dolly dan Pemkot Surabaya dan pihak yang berwajib harus bertanggung jawab meminimalisir efek samping ini. Tidak di pungkiri penutupan lokalisasi terbesar ini adalah tujuan yang sangat mulia oleh karena itu harusnya tidak akan ada warga sekitar, PSK, PKL, Pemilik wisma dan seluruh yang berkecimpung di dalam Gang Dolly yang kehilangan kesejahteraannya dalam bentuk perekonomian dan sosial.
Pasca penutupan Gang Dolly Walikota Surabaya Tri Rismaharini dan Pemkot Surabaya berjanji akan menjadikan kawasan Gang Dolly menjadi lahan pemutar perekonomian baru di Surabaya. Risma berjanji akan mengalih fungsikan wisma-wisma menjadi kios-kios dan perpustakaan untuk wisma yang lebih kecil dan menjadikan lapak PKL di dalamnya. Dan berjanji akan menjadikan warga sekitar, Mucikari, dan PSK yang terdampak penutupan sebagai pelaku perekonomian di Gang Dolly tersebut. Bukan hanya itu Tri Rismaharini yang memiliki keinginan membuat kota surabaya sejuk maka berencana membangun taman di dalam Gang Dolly. Tetapi kita tahu rencana ini aka terealisasikan 2 tahun lagi dan selama itu Gang Dolly tanpa kegiatan perekonomian. Sungguh sangat riskan memang karena orang yang terdampak penutupan  terlalu lama untuk mendapatkan semua rencana Walikota Surabaya dan Pemkot Surabaya. 
Gang Dolly ini sudah ada sejak zaman belanda dan dikelola oleh keturuna Belanda yang dikenal dengan nama Tante Dolly van der mart. Gang Dolly adalah lokalisasi pelacuran terbesar di Asia Tenggara. Meskipun Walikota Surabaya Dan Pemkot Surabaya bersih keras untuk menutupnya jelas ada pro dan kontra. Ada banyak yang mendukung dan tidak sedikit pula yang menolak atas penutupan tersebut. Berbagai banyak pertimbangan penutupan salah satunya terancamannya perekonomian warga sekitar dan segalah bentuk profesi yang berkecimpung di Gang Dolly, Meskipun tidak sedikit dampak positif atas penutupan tersebut. Memang Gang Dolly merupakan bisul kota Surabaya tetapi menghilangkan bisul tersebut jelas ada dampak dan efek sampingnya. Permasalahan bisakah Pemkot Surabaya dengan rencana-rencana programnya menberikan jaminan kesejahteraan perekonomian dan sosial kepada warga sekitar dan pelaku yang berkecimpung di Gang Dolly. Seharusnya apabila Pemkot Surabaya sudah memberikan keputusan untuk menutup Gang Dolly adalah harga mati untuk memenuhi kesejahteraan perekonomian dan sosial secarah utuh. Walaupun Pemkot Surabaya  sudah memberikan tunjangan itu tidak berarti apabila tidak ada tindakan pengkontrolan dam pembinaan secara berkala yang membuat mereka bisa mandiri tanpa adanya Gang Dolly. Dan pasca penutupan harus segera terlaksanakan program-program Pemkot yang mengubah wajah Gang Dolly untuk menjadikan lahan perekonomian dan sosial sebagaimana pelakunya merupakan warga sekitar dan yang terdampak penutupan Gang Dolly.