Kerangka Esai
Judul : Penutupan Dolly mengancam perekonomian
berbagai profesi yang ada di dalamnya.
Pembukaan : Warga sekitar dan segala macam profesi yang ada di dalam Gang
Dolly terancam kesejahteraan perekonomian dan sosial setelah Walikota Surabaya
dan Pemkot Surabaya menutup lokalisasi tersebut karena ingin memperbaiki wajah
kota Surabaya dan melindungi psikologis anak Surabaya.
Isi paragraf 1 : Sejarah
berdirinya lokalisasi Gang Dolly.
Isi
paragraf 2 : Walikota dan Pemkot Surabaya bersih
keras untuk menutup lokalosasi Gang Dolly meskipun banyak dampak yang di
timbulkan.
Isi
paragraf 3 : Pro dan kontra penutupan lokalisasi
dan ancaman pengangguran bagi yang menggantungkan hidupnya di Gang Dolly.
Isi
paragraf 4 : Dampak positif dan negatif penutupan
Gang Dolly serta program-program yang di berikan Pemkot Surabaya kepada warga
sekitar dan berbagai profesi yang terdampak penutupan.
Isi
paragraf 5 : Janji Walikota dan Pemkot Surabaya pasca
penutupan untuk mengalih fungsikan Gang Dolly sebagai kawasan perekonomian baru untuk warga sekitar dan berbagai profesi
yang terdampak agar lebih bermanfaat.
Penutupan : Gang Dolly memang merupakan bisul Kota Surabaya tetapi
menutup lokalisasi tersebut juga harus memikirkan efek sampingnya karena
dampaknya akan dirasakan oleh berbagai profesi yang ada di dalamnya. Pemkot Surabaya harus bisa menjamin
kesejahteraan perekonomian mereka secara utuh dan segera melaksanakan
program-program yang sudah direncanakan untuk merubah kawasan Dolly menjadi
lebih baik.
PENUTUPAN
DOLLY MENGANCAM PEREKONOMIAN BERBAGAI PROFESI DI DALAMNYA
Kita
tahu bahwa Gang Dolly merupakan lokalisasi tertua dan terbesar di Asia Tenggara
bahkan melibihi dari lokalisasi yang berada di Thailand dan Singapura. Banyak
sekali yang menggantungkan hidupnya di Gang
Dolly tersebut. Gang Dolly ini sudah ada sejak zaman belanda dan dikelola oleh
keturuna Belanda yang dikenal dengan nama Tante Dolly Van Der Mart. Keturunan
dari Tante Dolly tersebut masih ada di Surabaya meskipun tidak mengelola bisnis
prostituĂs tersebut. Kita tidak sadar Kalau Belanda pernah menguasai
Surabaya 350 tahun, banyak gedung-gedung dan bangunan kuno hasil peninggalan
mereka, dan salah satunya adalah (Dolly Surabaya) ini. 350 tahun adalah waktu
yang tidak pendek, jika orang kawin pada umur 25 thn dan punya anak, maka
350/25 = 14 generasi. Jadi selama Belanda tinggal di Indonesia, ini waktu yang
cukup untuk melahirkan 14 generasi. Kita hidup paling tidak mengenal 4
generasi, bapak, kakek dan buyut. Sampai sekarang pun lokalisasi Dolly
masih tetap produktif. Lokasi tersebut terletak di tengah-tengah padat
pemikiman penduduk, kawasan Putat, Surabaya. Setiap harinya para PSK tersebut
melayani para tamu-tamunya (lelaki hidung belang). Tidak hanya itu saja karena
adanya Dolly para penduduk disana dapat mencari rezeki.
Walikota
Surabaya Tri Rismaharini bersih keras menutup Gang Dolly untuk menyelamatkan wajah kota Surabaya dari
tempat lokalisasi yang semakin besar, Pemkot Surabaya mengakuh sudah menyusun
skema untuk seluruh lokalisasi di Kota Pahlawan ini. Risma menegaskan yang
lebih penting adalah mengatasi akar permasalahannya yaitu kemiskinan. Menurut
Risma menutup Dolly tidak akan mengatasi masalah prostitusi saja, Sebab praktik haram tersebut dapat
dilakukan dimana saja maupun di media. Misalnya, sex by phone, facebook,
twitter, internet, bahkan lewat iklan. Walaupun Tri Rismaharini dan Pemkot
Surabaya ngotot untuk menutup lokalisasi masyarakat sekitar sama sekali tidak
rela dan menolak mentah-mentah akan penutupan tersebut. Ada catatan dampak
positif dan negatifnya yang harus di
perhatikan pihak Pemerintahan Kota Surabaya sebelum menutup lokalisasi tersebut
di karenakan banyak aspek yang mencakup masalah ini. Terutama pada sisi dampak
sosial kepada masyarakat sekitar yang sudah berpuluhan tahun tinggal dan
mencari nafkah di lokalisasi tersebut. Persoalan nya pemutaran uang di Surabaya
sebesar 5% berada di Gang Dolly. Ini adalah tugas Pemkot Surabaya yang sangat
sulit untuk menjamin kesejahteraan ribuan orang
yang berkecimpung di Gang Dolly.
Jelas
ada pro dan kontra dengan penutupan Gang Dolly, Misalnya saja dengan para pencari
rezeki di Gang Dolly yang sangat menolak keputusan Walikota Surabaya untuk menutup
lokalisasi tersebut. Bukan hanya PSK saja yang memperoleh hasil dari Gang Dolly
tetapi ada berbagai macam profesi, Contohnya pencuci baju, PKL, penjahit dll.
Menurut lembaga survei yang dilakukan oleh KOPI (Komunitas Pemuda Independen)
lebih dari 14.000 orang ‘menggantungkan hidup’ pada lokalisasi di Gang Dolly
dan Jarak dan Anissa salah satu warga yang tergabung dalam KOPI mengatakan
penutupan lokalisasi akan mematikan roda ekonomi di kawasan tersebut. Dan tidak
hanya itu mereka yang menggantungkan hidupnya di Gang dolly juga bertanggung
jawab menafkahi keluarganya masing -
masing. Akan ada ribuan pengangguran baru yang muncul setelah terjadi penutupan
dan itu akan menimbulkan masalah baru di kota Surabaya. Dalam aspek keagamaan
sudah pasti akan ada dukungan yang sangat kuat di karenakan adanya lokalisasi pelacuran haram hukumnya.
Para ulama-ulama besar dan kyai-kyai sangat sepakat agar penutupan kawasan Gang
Dolly segera di lakukan oleh Walikota Surabaya. Dukungan juga datang dari
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Organisasi Muhammadiyah, Pengurus Wilayah
Nahdlatul Ulama (PWNU). Tetapi ironis sekali apabila penutupan tersebut tanpa
adanya pemberdayaan masyarakat yamg terkena dampak langsung dari penutupan Gang
Dolly. Pemerintah daerah sudah berancang-ancang akan hal ini dengan melakukan
pembinaan terhadap yang terdampak. Konflik dan pertentangan didalam dan
diantara masyarakat melahirkan kekuatan-kekuatan yang mengerakan perubahan
social. konflik dan pertentangan merupakan ciri dasar kehidupan social maka perubahan
social merupakan hal yang umum dan sering terjadi.
Berbagai
macam dampak penutupan lokalisasi Gang Dolly yang positif ataupun yang negatif
dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam aspek kesehatan mungkin sangat positif
dapat menurunkan tingkat penyebaran virus HIV/AIDS di kota surabaya. Virus
tersebut memang sangat mematikan bahkan pembunuh yang menyiksa penderitanya.
Kota Surabaya pada tahun 2013 menjadi kota terbesar ke-lima yang paling banyak
penduduknya terjangkit virus HIV/AIDS. Sangat riskan memang karena virus ini
sangat mematikan tanpa ada obat penyembuhnya. Dan mungkin dampak penutupan akan
terasa baik karena penyebaran penyakit HIV/AIDS akan menurut. Dari aspek
lingkungan juga positif dikarenakan di sekitar area Gang Dolly akan terisolir dengan
lalu lalang PSK keluar masuk. Ini akan menyebabkan remaja dan anak-anak di
daerah tersebut terhindar dari pemikiran yang tidak baik di karenakan mereka
tidak akan lagi di jejali tontonan para PSK keluar masuk daerah sekitar Gang
Dolly. Terutama bagi anak-anak yang memasuki umur 7-12 tahun. Karena pada umur
tersebut tingkat kemampuan anak dalam meniru sangatlah tinggi. Begitu juga
dengan tingkat keterpengaruhan terhadap lingkungan di sekitarnya. Mereka akan
terpengaruh dengan apa yang mereka lihat. Tidak jarang banyak kejadian yang
seharusnya tidak dilakukan oleh anak-anak pada umur sekolah dasar (SD). Mereka
telah banyak terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya. Seperti
percakapan, tindakan, berkata kotor dan berbau seks. Psikologis anak ini sangat
penting karena mereka anak-anak muda penerus bangsa dapat hidup nyama dengan
lingkungan yang selayaknya harus di miliki anak-anak muda lainnya. Yang sangat
mengesankan anak-anak muda ini yang bertahun tahun terganggung dengan adanya
Gang Dolly ini mengirimkan sebuah surat kepada Walikota Surabaya Tri
Rismaharini yang berisikan keluh kesah adanya lokalisasi tersebut dan jumlah
suratnya bukan hanya satu melainkan ratusan surat dari para remaja, Faktor ini
salah satu pemicu Tri Rismaharni dan Pemkot Surabaya sangat ngotot untuk
melakukan penutupan Gang Dolly. Dari aspek perekonomian mungkin ini akan
menjadi hal berat yang akan di hadapi Pemerintahan Kota Surabaya dan masyarakat
sekitar Gang Dolly dikarenakan mereka sudah bertahun tahun hidup di daerah
tersebut dan mencari rezeki untuk keluarga dari Gang Dolly. Jelas hal ini
masalah yang paling berat, Masyarakat yg mencari nafkah di Dolly pun ragu akan
janji-janji kesejahterahannya bisa di jamin Pemkot Surabaya saat Gang Dolly di
tutup. Meskipun Pemerintahan Kota Surabaya sudah memberikan program-program
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat, Hal itu masih meragukan bisa
dilaksanakan dilapangan. Bukan hanya pelatihan saja Bantuan senilai Rp 7,3
miliar tersebut bakal dibagikan kepada 1.449 mantan PSK Gang Dolly. Direktur
Rehabilitasi Sosial dan Tuna Sosial Kemensos, Sonny W Manalu “ mengatakan
penutupan tersebut menjadi komitmen bersama dan tanggung jawab Kemensos,
Gubernur Surabaya dan Wali Kota Surabaya ”. Setiap mantan PSK bakal menerima
bantuan senilai Rp 5.050.000. Secara rinci bantuan itu terdiri atas bantuan
usaha ekonomi produktif (UEP) senilai Rp 3 juta, bantuan jaminan hidup Rp 20
ribu per hari selama tiga bulan serta bantuan transportasi pulang ke kampung
halaman senilai Rp 250 ribu. Selain bantuan, Kemensos juga memberi motivasi
kepada mantan PSK agar bisa kembali ke masyarakat. Hal itu didukung Pemkot
Surabaya yang telah memberikan pelatihan keterampilan kepada para mantan PSK.
Meski demikian, pihaknya tidak memungkiri adanya kekhawatiran sebagian mantan PSK
bakal kembali menjadi PSK. Namun, pihaknya tidak begitu saja lepas tangan
setelah penutupan resmi Gang Dolly. Kemensos tetap melakukan pemantauan dan
monitoring perkembangan mantan PSK di daerah masing-masing. Dan Pemerintahan
Kota Surabaya akan memberikan lapangan pekerjaan kepada warga sekitar dan
masyarakat yang terdampak penutupan lokalisasi Gang Dolly. Tetapi semua itu tantangan
yang harus di hadapi, Di lapangan beberapa program-program Pemkot Surabaya
tidak berjalan seperti yang diinginkan. Semisal banyak sekali PSK masih
menjajakan diri di jalan-jalan Surabaya. Mereka tetap menginginkan profesi
sebagai PSK karena sebagian mereka sudah sangat nyaman dengan pekerjaan
tersebut. Ini menyebabkan akan adanya lokalisasi yang lebih kecil tetapi
menyebar di seluruh kawasan Surabaya yang di huni para PSK penghuni Gang Dolly
sebelumnya. Dengan adanya lokalisasi yang menyebar ini makin sulit mengontrol
keberadaan PSK di kawasan Surabaya. Dan mungkin para PSK tersebut aku berpindah
alih ke tempat pijat plus-plus dan karaoke esek-esek. Bukan hanya itu dampak
sistematiknya juga sangat besar, mungkin Kota Surabaya akan mengalami jumlah
tindakan kriminalitas yang meningkat pesat sekali karena tidak ada lokalisasi pelacuran
di daerah tersebut yang menjadikan kriminalitas pemerkosaan, pencabulan anak di
bawah umur semakin marak di kota Surabaya. Ini semakin membuat delima penutupan
Gang Dolly di lain sisi ada dampak positif yang sangat dibutuhkan anak muda
generasi penerus dan di sis lain ada dampak negatif dari ancaman perekonomian
masyarakat yang menurun dan tindakan kriminalitas yang semakin marak. Ini
adalah beberapa efek samping terjadinya penutupan Gang Dolly dan Pemkot
Surabaya dan pihak yang berwajib harus bertanggung jawab meminimalisir efek
samping ini. Tidak di pungkiri penutupan lokalisasi terbesar ini adalah tujuan
yang sangat mulia oleh karena itu harusnya tidak akan ada warga sekitar, PSK,
PKL, Pemilik wisma dan seluruh yang berkecimpung di dalam Gang Dolly yang
kehilangan kesejahteraannya dalam bentuk perekonomian dan sosial.
Pasca
penutupan Gang Dolly Walikota Surabaya Tri Rismaharini dan Pemkot Surabaya
berjanji akan menjadikan kawasan Gang Dolly menjadi lahan pemutar perekonomian
baru di Surabaya. Risma berjanji akan mengalih fungsikan wisma-wisma menjadi kios-kios
dan perpustakaan untuk wisma yang lebih kecil dan menjadikan lapak PKL di
dalamnya. Dan berjanji akan menjadikan warga sekitar, Mucikari, dan PSK yang
terdampak penutupan sebagai pelaku perekonomian di Gang Dolly tersebut. Bukan
hanya itu Tri Rismaharini yang memiliki keinginan membuat kota surabaya sejuk
maka berencana membangun taman di dalam Gang Dolly. Tetapi kita tahu rencana
ini aka terealisasikan 2 tahun lagi dan selama itu Gang Dolly tanpa kegiatan
perekonomian. Sungguh sangat riskan memang karena orang yang terdampak
penutupan terlalu lama untuk mendapatkan
semua rencana Walikota Surabaya dan Pemkot Surabaya.
Gang
Dolly ini sudah ada sejak zaman belanda dan dikelola oleh keturuna Belanda yang
dikenal dengan nama Tante Dolly van der mart. Gang Dolly adalah lokalisasi
pelacuran terbesar di Asia Tenggara. Meskipun Walikota Surabaya Dan Pemkot
Surabaya bersih keras untuk menutupnya jelas ada pro dan kontra. Ada banyak yang
mendukung dan tidak sedikit pula yang menolak atas penutupan tersebut. Berbagai
banyak pertimbangan penutupan salah satunya terancamannya perekonomian warga
sekitar dan segalah bentuk profesi yang berkecimpung di Gang Dolly, Meskipun
tidak sedikit dampak positif atas penutupan tersebut. Memang Gang Dolly
merupakan bisul kota Surabaya tetapi menghilangkan bisul tersebut jelas ada
dampak dan efek sampingnya. Permasalahan bisakah Pemkot Surabaya dengan
rencana-rencana programnya menberikan jaminan kesejahteraan perekonomian dan
sosial kepada warga sekitar dan pelaku yang berkecimpung di Gang Dolly.
Seharusnya apabila Pemkot Surabaya sudah memberikan keputusan untuk menutup
Gang Dolly adalah harga mati untuk memenuhi kesejahteraan perekonomian dan
sosial secarah utuh. Walaupun Pemkot Surabaya
sudah memberikan tunjangan itu tidak berarti apabila tidak ada tindakan
pengkontrolan dam pembinaan secara berkala yang membuat mereka bisa mandiri
tanpa adanya Gang Dolly. Dan pasca penutupan harus segera terlaksanakan
program-program Pemkot yang mengubah wajah Gang Dolly untuk menjadikan lahan
perekonomian dan sosial sebagaimana pelakunya merupakan warga sekitar dan yang
terdampak penutupan Gang Dolly.