Piutang merupakan klaim (hak untuk mendapatkan)
uang dari entitas lain. Piutang juga disebut tagihan atau receivable. Menurut
bukti pendukungnya piutang dapat dikelompokkan menjadi:
Piutang Wesel/Notes Receivable atau Wesel Tagih, yaitu tagihan yang
didukung oleh instrument kredit resmi seperti Promes. Promes adalah janji
tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu tanpa syarat. Piutang Usaha Biasa yaitu tagihan yang didukung oleh bukti
usaha biasa biasa seperti faktur atau bukti bahwa perusahaan telah menjual
barang/jasa ke fihak yang berhutang (debitur).
PIUTANG WESEL
Piutang Wesel adalah
piutang yang didukung instrument kredit resmi seperti promes. Promes adalah
janji tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu tanpa syarat. Contoh
adalah:
AKUNTANSI WESEL TAGIH/PIUTANG WESEL
Akuntansi untuk wesel
dapat dibagi menjadi akuntansi pada saat timbulnya, saat jatuh tempo atau saat
piutang ini dijual.
akuntansi saat timbulnya piutang wesel
Wesel dapat timbul
karena menjual barang secara kredit atau bias juga timbul karena perusahaan
memberi pinjaman.Menjual barang/jasa secara kredit. Misalkan perusahaan menjual
jasa secara kredit dan perusahaan menerima promes senilai Rp 1.000.000,00 maka
jurnal yang dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2006
Jan 2
|
Piutang
Wesel
Penjualan
|
1.000.000
|
|
Terdapat piutang yang sudah jatuh tempo. Misalkan perusahaan pada tanggal 2
Januari 2006 menjual jasa secara kredit dan jatuh tempo 2 Februari 2006. Pada
tanggal 2 Januari 2006 perusahaan menerima promes senilai Rp 1.000.000,00 bunga
12% jatuh tempo 2 Mei 2006 sebagai pelunasan tagihan tersebut, maka jurnal yang
yang dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2006
Jan 2
|
Piutang
Wesel
Piutang
|
1.000.000
|
1.000.000
|
Akuntansi pada saat jatuh tempo
Mestinya pada tanggal jatuh tempo perusahaan akan menerima uang sebesar
nilai nominal wesel dan bunganya. Tapi kadangkala debitur tidak sanggup
membayar.
1) Pada saat jatuh tempo
debitur membayar, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2006
Mei 2
|
Kas
Piutang
Wesel
Pendapatan
Bunga
|
1.030.000
|
1.000.000
30.000
|
2) Pada saat jatuh tempo
debitur tidak membayar, jurnal yang dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2006
Mei 2
|
Piutang
Piutang
Wesel
Pendapatan
Bunga
|
1.030.000
|
1.000.000
30.000
|
Menjual Wesel Tagih
Sebelum jatuh
temponya, suatu piutang wesel dapat dijual atau didiskontokan. Misalkan sebuah
wesel sebagaimana tersaji pada angaka 2 diatas yang jatuh tempo pada tanggal 14
Juni 2006 dijual oleh PT ABC ke Bank Amanah pada tanggal 15 Mei 2001 dengan
discount 10% setahun. Untuk menentukan jumlah yang diterima PT ABC, dibuat
perhitungan sebagai berikut:
Nominal
piutang $2,500.00
Bunga 16 Maret s.d. 14
Juni 2006=2,500 x 12% x 90/360
75.00
Nilai pada jatuh
tempo
2,575.00
Discount: 2,575 x 10%
x 30/360 21.46
Jumlah yang diterima
2,553.54
Perhitungan hari
bunga:
Maret = 15 hari
April = 30 hari
Mei = 31 hari
Juni = 14 hari
90 hari
Perhitungan hari discount:
Mei = 16 hari
Juni = 14 hari
30 hari
Untuk membuat jurnal
pada tanggal penjualan perllu dibandingkan antara nilai nominal wesel dengan
hasil penjualan. Jika hasil penjualan lebih besar daripada nilai nominal, maka
selisihnya merupakan pendapatan bunga. Sebaliknya jika hasil penjualan lebih
kecil daripada nilai nominal maka selisihnya dicatat sebagai beban bunga.
Dengan demikian jurnal untuk mencatat transaksi tanggal 15 Mei 2006 adalah
sebagai berikut
:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2006
Mei 2
|
Kas
Piutang
Wesel
Pendapatan
Bunga
|
2,553.54
|
2,500.00
53.54
|
Jika saat jatuh tempo,
debitur membayar ke bank, PT ABC tidak menjurnal. Tetapi jika pada saat jatuh
tempo, debitur tidak sanggup membayar dan bank menagih pada PT ABC sebesar
$2,575, maka jurnal yang dibuat PT ABC adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2006
Juni 14
|
Piutang
Kas
|
2,575
|
2,575
|
PIUTANG USAHA BIASA
Timbulnya piutang dan akuntansinya
Piutang dapat timbul
karena menjual barang/jasa atau karena perusahaan memberi pinjaman ke
perusahaan lain. Umumnya piutang dicatat pada saat timbulnya yaitu setelah
perusahaan menyerahkan baran/jasa yang dijual.
Penjualan barang/jasa
Jika perusahaan
menjual jasa secara kredit, misalkan perusahaan pada tanggal 5 Januari 2006
telah menjual jasa sebesar Rp 5.000.000,00. Karena perusahaan sudah menyerahkan
jasa, maka perusahaan dapat mengakui piutang dan pendapatan jasa dengan membuat
jurnal sebagai berikut:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2006
Jan 5
|
Piutang
Usaha
Pendapatan
Usaha
|
5.000.000
|
5.000.000
|
|
|
|
|
Pemberian Pinjaman
Piutang juga dapat timbul karena perusahaan memberi pinjaman uang pada
perusahaan lain. Misalnya pada tanggal 15 Januari 2006 PT Angkasa Pura II telah
memberi pinjaman kepada pegawai sebesar Rp 500.000,00 maka jurnal yang dibuat
oleh perusahaan adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2006
Jan 15
|
Piutang
Pegawai
Kas
|
500.000
|
500.000
|
Kerugian Piutang
Piutang memiliki
resiko tidak tertagih sehingga timbul kerugian. Terdapat dua metode dalam
akuntansi kerugian piutang, yaitu:
Metode Langsung
Jika metode ini yang
digunakan, perusahaan tidak membentuk cadangan. Jika ada piutang yang dihapus,
Kerugian Piutang didebet, dan rekening Piutang dikredit. Saldo rekening
Kerugian Piutang pada akhir tahun disajikan dalam Laporan Laba Rugi.
Metode Cadangan/Penyisihan
Jika metode ini yang
digunakan perusahaan pertama-tama membentuk cadangan atau penyisihan kerugian
piutang dengan mendebet Beban Kerugian Piutang dan mengkredit
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Pada akhir tahun, saldo rekening Beban
Kerugian Piutang disajikan dalam Laporan Laba Rugi, sedangkan saldo rekening
Penyisihan disajikan di neraca sebagai pengurang Piutang.
Jika ada piutang yang
dihapus, perusahaan tidak mengakui kerugian, sebab kerugian sudah diakui pada
saat membentuk cadangan. Perusahaan mengurangi Cadangan dengan mendebet
rekening Cadangan dan mengkredit rekening Piutang.
Jika banyak
penghapusan piutang, saldo Cadangan dapat habis, oleh karena itu setiap akhir
tahun Cadangan disesuaikan. Jadi pencatatan kerugian piutang dilakukan pada
saat:
·
pembentukan Cadangan; dan
·
penyesuaian saldo Cadangan.
Berikut ini contoh
ikhtisar akuntansi kerugian piutang dengan metode Cadangan:
1. Pada tanggal 31 Desember 2005
dibentuk cadangan kerugian piutang Rp 5.000,00
2. Pada tanggal 19 September 2006
dihapuskan piutang sebesar Rp 3.000,00
3. Pada tanggal 14 Desember 2006
diterima piutang yang telah dihapus Rp 2.500
|
Transaksi
|
Jurnal
|
Membentuk
Cadangan
|
Beban
Kerugian Piutang
Cadangan/Penyisihan
Kerugian Piutang
|
5.000
|
5.000
|
Menghapus
Piutang
|
Cadangan/Penyisihan
Kerugian Piutang
Piutang
|
3.000
|
3.000
|
Menerima
Piutang yang telah dihapus
|
Piutang
Cadangan/Penyisihan
Kerugian Piutang
|
2.500
|
2.500
|
Kas
Piutang
|
2.500
|
2.500
|
Menyesuaikan
akun Cadangan
|
Pada akhir
tahun dilakukan penyesuian berdasarkan:
1. Penjualan b. Saldo Piutang
|
Menyesuaian saldo
rekening Cadangan Kerugian Piutang
1) Dasar
Penjualan
Pertama, tentukan besarnya penjualan kredit selama setahun, jika tidak ada
data gunakan total penjualan selama satu periode. Besarnya taksiran kerugaian
ditentukan dengan mengalikan % kerugian dengan penjualan tersebut, lalu
dijurnal. Misalkan penjualan kredit selama tahun 2005 sebesar Rp
1.000.000.000,00 dan ditaksir kerugian piutang adalah 5% x Rp 1.000.000.000,00
= Rp 50.000.000,00. Jurnal yang dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2005
Des 31
|
Beban
Kerugian Piutang
Penyisihan
Ker. Piutang
|
50.000.000
|
50.000.000
|
2) Dasar Piutang
Terdapat tiga langkah yang
harus dilakukan, yaitu:
1. Menentukan besarnya
taksiran kerugian piutang;
2. Membandingkan taksiran
kerugian piutang dengan saldo rekening Cadangan/Penyisihan;
3. Membuat jurnal jika
hasil perbandingan pada poin b tidak sama.
Langkah pertama:
Untuk menentukan
besarnya taksiran kerugian piutang dikemudian hari, dapat didasarkan pada: (1)
Total piutang pada akhir tahun, atau (2) Umur masing-masing tagihan.
Didasarkan pada Total Piutang
Caranya dengan
mengalikan total piutang dari rekening "Piutang" dengan % yang telah
ditetapkan. Misalnya dari PT ABC diperoleh data sebagai berikut dan taksiran
kerugaian piutang adalah 15% dari total piutang.
DEBITUR
|
JUMLAH
|
TGL FAKTUR
|
TGL JATUH
TEMPO
|
PT A
|
2.000
|
20/12/2005
|
20/01/2006
|
PT B
|
2.500
|
15/10/2005
|
15/11/2005
|
PT ABC
|
1.000
|
15/11/2005
|
15/12/2005
|
PT X
|
3.000
|
3/10/2005
|
3/11/2005
|
PT Y
|
2.500
|
3/7/2005
|
3/8/2005
|
PT Z
|
1.000
|
3/8/2005
|
3/9/2005
|
JUMLAH
|
12.000
|
|
|
Taksiran kerugian piutang = 15% x Rp 12.000,00 = Rp
1.800,00.
Didasarkan pada Umur Piutang
Caranya hampir sama,
namun saldo rekening piutang dianalisis terhadap tanggal penerbitan dan tanggal
jatuh tempo, kemudian dikelompokkan menurut umurnya. Kemudian saldo
masing-masing kelompok piutang dikalikan dengan prosentase yang telah
ditetapkan berdasarkan pengalaman. Cara menentukan umur piutang dapat dicari
(a) dari tanggal faktur ke 31 Desember atau (b) dari tanggal jatuh tempo ke 31
Desember.
Umur piutang dihitung dari tanggal jatuh tempo ke
tanggal 31 Desember
Karena ada kemungkinan
terdapat piutang yang belum jatuh tempo maka biasanya pengelompokannya meliputi
piutang yang belum jatuh tempo dan yang sudah lewat waktu. Misalkan prosentase
kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur
Piutang
|
% Taksiran
Kerugian Piutang
|
Belum
jatuh tempo
|
10%
|
Lewat
waktu s.d. 30 hari
|
15%
|
Lewat
waktu lebih dari 30 hari
|
20%
|
Untuk mempermudah
menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai
berikut:
Nama Debitur
|
Jumlah
|
Belum
Jatuh Tempo
|
Lewat s.d
30 Hari
|
Lewat
Waktu > 30 Hari
|
PT A
|
2.000
|
2.000
|
|
|
PT B
|
2.500
|
|
|
2.500
|
PT ABC
|
1.000
|
|
1.000
|
|
PT X
|
3.000
|
|
|
3.000
|
PT Y
|
2.500
|
|
|
2.500
|
PT Z
|
1.000
|
|
|
1.000
|
Jumlah
|
12.000
|
2.000
|
1.000
|
9.000
|
% Penyisihan
|
|
10%
|
15%
|
20%
|
Jumlah Penyisihan
|
2.150
|
200
|
150
|
1.800
|
Umur piutang dihitung dari tanggal faktur ke tanggal 31 Desember
Karena umur piutang
dihitung dari tanggal faktur, maka biasanya pengelompokan umur piutang
berdasarkan jumlah hari. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur
Piutang
|
% Taksiran
Kerugian Piutang
|
s.d. 30
hari
|
10%
|
31 s.d. 60
hari
|
15%
|
lebih dari
60 hari
|
20%
|
Untuk mempermudah
menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai
berikut:
Nama Debitur
|
Jumlah
|
s.d. 30
hari
|
31 s.d. 60
hari
|
Lebih dari
60 hari
|
PT A
|
2.000
|
2.000
|
|
|
PT B
|
2.500
|
|
|
2.500
|
PT ABC
|
1.000
|
|
1.000
|
|
PT X
|
3.000
|
|
|
3.000
|
PT Y
|
2.500
|
|
|
2.500
|
PT Z
|
1.000
|
|
|
1.000
|
Jumlah
|
12.000
|
2.000
|
1.000
|
9.000
|
% Penyisihan
|
|
10%
|
15%
|
20%
|
Jumlah Penyisihan
|
2.150
|
200
|
150
|
1.800
|
Langkah kedua:
Membandingkan antara
jumlah taksiran kerugian piutang yang telah dihitung dengan saldo rekening
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Dari perbandingan ini akan ada 4
kemungkinan, yaitu:
1. Rekening Cadangan
bersaldo Kredit yang sama dengan taksiran kerugian piutang hasil perhitungan,
tidak ada penyesuaian.
2. Rekening Cadangan
bersaldo Kredit lebih kecil dari taksiran kerugian piutang hasi perhitungan,
perlu ditambah dengan membuat jurnal penyesuaian.
3. Rekening Cadangan
bersaldo Kredit lebih besar dari taksiran kerugian piutang hasil perhitungan,
perlu dikurangi dengan membuat jurnal penyesuaian.
4. Jika Cadangan bersaldo
debet, berarti Cadangan yang dihitung tahun lalu kurang, sehingga rekening
Cadangan harus dikredit sejumlah saldo debet ditambah dengan jumlah taksiran
kerugian piutang hasil perhitungan.
Langkah ketiga:
Kasus I
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian
piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 2.150,00, maka
tidak perlu ayat jurnal penyesuaian.
Kasus II
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian
piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 2.000,00, maka
tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2005
Des 31
|
Beban
Kerugian Piutang
Penyisihan
Ker. Piutang
|
150
|
150
|
Jika jurnal ini
diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
|
|
|
Des 31
|
|
2.000
|
|
|
|
31
|
AJP
|
150
|
Beban Kerugian Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Des 31
|
AJP
|
150
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kasus III
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian
piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 3.000,00, maka
tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2005
Des 31
|
Penyisihan
Ker. Piutang
Beban
Kerugian Piutang
|
850
|
850
|
Jika jurnal ini
diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
31
|
AJP
|
850
|
Des 31
|
|
3.000
|
|
|
|
|
|
|
Beban Kerugian Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
|
|
|
Des 31
|
AJP
|
850
|
|
|
|
|
|
|
Kasus IV
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian
piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan debet Rp 1.000,00, maka
tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2005
Des 31
|
Beban
Kerugian Piutang
Penyisihan
Ker. Piutang
|
3.150
|
3.150
|
Jika jurnal ini
diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Des 31
|
|
1.000
|
Des 31
|
AJP
|
3.150
|
|
|
|
|
|
|
Beban Kerugian Piutang
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Tgl
|
Uraian
|
Jumlah
|
Des 31
|
AJP
|
3.150
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyajian di Neraca
Piutang di sajikan di neraca
sebesar nilai realisasinya. Nilai ini adalah jumlah yang akan diterima berupa
nilai nominal dikurangi denan taksiran kerugian piutang yang telah dibentuk dan
disesuaikan setiap akhir tahun. Dengan demikian jumlah tersebut merupakan
jumlah yang diharapkan dapat ditagih.
Dengan data di atas, Neaca PT ABC akan tampak sebagai berikut:
PT ABC
Neraca
31 Desember 2005
Harta Lancar:
Kas xx
Piutang Rp
12.000,00
Penyisihan Kerugian
Piutang (Rp
2.150,00) Rp 9.850,00
Kadangkala perusahaan memberikan potongan tunai dan kesempatan untuk
mengembalikan barang (retur penjualan). Jika perusahaan telah menjual barang
dengan syarat di atas, maka ada kemungkinan pembeli akan membayar dalam masa
diskon atau bahkan pembeli dapat saja mengembalikan barang ke perusahaan. Agar
perusahaan dapat menyajikan nilai piutang sebesar nilai realissi, maka pada
akhir tahun perusahaan membuat jurnal untuk mengakui retur dan pemberian
potongan penjualan walaupun belum terjadi retur dan pemberian potongan tunai
penjualan. Jurnal itu juga dmaksudkan untuk mengurangi nilai piutang sehingga
nilai yang disajikan adalah sebesar nilai yang dapat direalisir. Misalkan pada
akhir tahun 2005 diperkirakan bahwa debitur akan membayar dengan diskon Rp
20,00 dan melakukan retur Rp 100,00, maka perusahaan pada tanggal 31 Desember
2005 akan membuat jurnal:
Tgl.
|
Akun
|
Debet
|
Kredit
|
2005
Des 31
|
Potongan
Tunai Penjualan
Cadangan
Pot. Tunai Penjualan
|
20
|
20
|
Retur
Penjualan
Cadangan
Retur Penjualan
|
100
|
100
|
PT ABC
Neraca
31 Desember 2005
Harta Lancar:
Kas xx
Piutang Rp
12.000,00
Cadangan Pot Tunai
& Retur Rp 120,00
Penyisihan Kerugian
Piutang Rp 2.150,00 (Rp
2.270,00) Rp 9.730